Sunday, October 19, 2014

Arsitektur dan Lingkungan



Geometri Sebagai 
Ekspresi Kebebasan Bentuk

Antara geometri itu mengikat atau membebaskan, masing-masing
memiliki kedudukan atau posisi yang sama kuat. Tetapi pada kesempatan ini,
saya akan coba membahas geometri sebagai sesuatu yang membebaskan di
dalam dunia arsitektur. Mungkin pertanyaan yang timbul adalah: Seperti apakah
kebebasan yang ada di dalam geometri? Dalam wujud apakah kebebasan itu?”


“…,because we don’t want to exclude everything in architecture that
makes us uneasy. We want architecture that has more to offer. Architecture
that bleeds, exhausts, that turns and even breaks, as far as I
am concerned. Architecture that glows, that stabs, that tears and rips
when stretched. Architecture must be precipitous, fiery, smooth, hard, angular, brutal, round, tender, colorful, obscene, randy, dreamy, ennearing,
distancing, wet, dry and heart-stopping. Dead or alive. If it is
cold, then cold as a block of ice. If it is hot, then as hot as a tongue of
flame. Architecture must burn?” (Coop Himmelb(l)au, Covering and
Exposing: The Architecture of Coop Himmelb(l)au)


mengawali pembahasan geometri sebagai sesuatu yang membebaskan di dalam
dunia arsitektur. Untuk lebih jelasnya, saya akan mencoba sedikit mengupas
mengenai sejarah dari Coop Himmelb(l)au. Coop Himmelb(l)au yang didirikan
oleh Wolf D. Prix dan Helmut Swiczinsky pada tahun 1968 di Vienna (Austria)
adalah salah satu praktisi arsitektur muda pada masa itu dengan ide-ide baru
yang cukup radikal. Modernisme dengan dominasi rasionalitasnya dianggap
membatasi arsitek dalam menjelajahi kemungkinan bentuk-bentuk baru dalam
bahasa arsitektur. Oleh karena itu, Coop Himmelb(l)au berusaha mengeksplorasi
dan mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam “bahasa arsitektural”. Coop
Himmelb(l)au berusaha menciptakan perubahan mendasar pada arsitektur, urbanisme,
struktur, dan tektonik. Dapat dikatakan Coop Himmelb(l)au berusaha
mencari ”arsitektur yang merdeka”.
Geometri berarti ilmu ukur suatu ruang. Dan ruang yang dimaksud
adalah bumi, tempat kita sebagai manusia hidup dan menetap. Jadi geometri
berarti measuring the earth. Kata-kata ”bumi” (geo) inilah yang tidak disadari
oleh kita, padahal kata-kata “bumi” merupakan sesuatu yang sangat krusial di
dalam pengertian dasar mengenai arti dari geometri.



Bumi adalah alam, dan alam pada dasarnya adalah sesuatu yang dinamis dan
tidak statis, penuh dengan perubahan. Alam merupakan sesuatu yang bebas,
tidak terikat. Dari pengertian ini, kita bisa menyimpulkan bahwa geometri adalah
sesuatu yang pada dasarnya adalah bebas, penuh dengan kedinamisan.
Bukti lain bahwa geometri itu merupakan suatu dunia yang kaya dan luas adalah
adanya pengertian mengenai topologi dan mobius strip. Di dalam topologi terjadi
sesuatu yang dinamakan deformasi. Deformasi terjadi oleh karena suatu gaya
(force), namun konektivitas (connectivity) di dalam form atau bentuk geometri
tersebut tetap terjaga. Sehingga terwujud suatu keutuhan (wholeness) di dalam
form tersebut. Hal ini seharusnya juga berlaku di dalam setiap karya arsitektur.
Meskipun suatu karya arsitektur terlepas dari bentuk-bentuk yang mengikat seperti
bentuk Euclidean, tetapi karya ”arsitektur yang bebas” itu juga harus tetap
mengutamakan konektivitas dan keutuhan.

Deformasi atau perubahan ini pun sekarang sangat
mempengaruhi bentuk (form) dari geometri.
Gagasan tentang bentuk geometri pun mulai
berubah. Ruang dan geometri bergeser dari
geometri Euclidean dengan aturan translasinya
dalam ruang cartesian ke geometri topologi dengan
perubahan vektoralnya, sehingga bentuk
dari karya arsitektur itu sendiri menjadi bebas
dan tidak terikat lagi oleh aturan-aturan klasik.

Inilah yang dikenal dengan sebutan gagasan
Flux(sebuah konsentrasi sementara yang terus
bergerak dan berubah) di dalam dunia arsitektur
yang menghadirkan persepsi baru terhadap ruang
dan bentuk karya rancang arsitektur secara
konseptual maupun dalam pengapresiasiannya.
Bentuk dan ruang seolah berkembang dan lahir
dari sebuah alur perubahan yang dinamis dalam
ruang. Hal ini merupakan ekspresi kebebasan
suatu bentuk (form) dalam geometri.

Arsitektur dan geometri tidak harus menuruti apa yang telah ada sebelumnya,
tetapi mewujudkan sebuah ruang yang bebas dimana kita dapat menjelajahinya.
Pada akhirnya arsitektur dan geometri harus membuat tempat yang disebut sebagai
ruang kebebasan. Sebagai bentuk dan ekspresi kebebasan diri, terkadang
arsitektur diwujudkan sebagai bentuk atau form yang mungkin saja tidak dapat
hadir di dalam dunia nyata, tetapi hanya dapat hadir di dalam suatu imajinasi
atau electrosphere dengan bantuan kecanggihan teknologi virtual.

Di dalam geometri kita juga diberikan kebebasan untuk menggunakan ide di
dalam merancang suatu karya arsitektur (form). Ternyata banyak sekali alternatif
atau pilihan prinsip geometri di dalam merancang, seperti menggunakan prinsip
classical idea, euclidean, non-euclidean, topologi, teori gestalt, teori gibson,
taksonomi, dan lainnya. Hal-hal inilah yang sebenarnya tidak kita ketahui sebelumnya,
bahwa di dalam geometri terdapat banyak ide atau pemikiran. Sehingga
suatu bentuk dan karya arsitektur yang dihasilkan pun akan sangat kaya dan
beragam ekspresinya maupun wujudnya.

Bentuk atau form yang ”bebas” bukanlah berarti suatu bentuk yang sebebasbebasnya.
Arsitektur tetap harus dapat menjadi perlambang sesuatu, atau pun
perlambang dirinya sendiri. Arsitektur harus dapat menyampaikan isi atau makna
yang terkandung di dalamnya. Lenih jauh lagi arsitektur harus menimbulkan
pertanyaan, ”Mengapa dan bagaimana ia diciptakan?”.

Kesimpulan yang kita dapat,Arsitektur adalah ilmu bagaimana bias mewujudkan gambaran,ide,pemikiran kita menjadi suatu bangunan yang memiliki makna,rasa dan jiwa,dan geometri merupakan dasar dmana kta mengenal bentuk simetris tetapi tidak sekedar bentuj yang simetris ataupun formal, jika kita gali lebih dalam mengenai ilmu geometri,kita bias bersatu dengan bumi melalui kreativitas bentuk. Jika kedua ilmu tersebut melebur dengan sempurna, maka dampak buruk bagi lingkungan sekitar bisa diminimalisir. Dalam mendesain suatu bangunanpun akan semakin inovativ dan fungsional.

Sumber :
http://arsitektur.net/57/volume-1-no-1-geometri-dalam-arsitektur-membebaskan-atau-mengikat/